Friday, 23 March 2012

Cessita and Fellone #7

"Happy birthday Cessita.... Happy birthday Cessita... happy birthday, happy birthday, happy birthday Cessita..." ucap teman-temanku serempak
"Ucapkan permintaan terbaikmu!" seru Ulnie. Aku pun mengucapkan permintaanku. Setelah itu aku meniup lilin yang merupakan angka 13 itu. Teman-temanku bertepuk tangan dan menyuruhku memotong kue ulang tahun itu. Aku segera memotongnya menjadi beberapa bagian. Potongan pertama kuberikan pada Ulnie. Tapi, begitu kuberikan, dia malah meleletkanku krim kue di pipiku. Aku pun membalasnya dengan krim yang lebih banyak. Akhirnya,krim kue ulang tahun itu habis untuk saling meleletkan krim kue. Kami semua tertawa bersama-sama dan memakan kue ulang tahun itu tanpa krim. Meski rasanya berbeda, kami tetap memakannya. Kami pun tidak lupa berfoto-foto, meskipun wajah kami belepotan dengan krim kue
Begitu sampai di rumah, rumah kelihatan sepi sekali. Aku mencari Mama, tapi tidak kutemukan. Karena lelah, aku pergi ke kamar, mengganti seragamku, dan turun ke bawah lagi, ke ruang makan. Aku menuju meja makan, tapi tidak ada satu pun makanan yang ada disini. Aku membuka kulkas, masih seperti biasa. Aku mengambil dua potong brownies dan sebotol air dingin. Aku pergi ke kamar dan menghidupkan laptopku. Dan seperti biasa, aku mulai mengedit foto. Sebenarnya, tidak semua foto kuedit, karena ada beberapa foto yang sudah bagus dan akan menjadi jelek jika kuedit. Sekitar sejam kemudian, aku membuka akun jejaring sosialku dan meng-upload foto tadi. Banyak teman-teman yang memujiku. Ada juga yang mengatakan bahwa ia tertawa terbahak-bahak melihat foto yang ku-upload. Akhirnya ada seseorang bertanya padaku lewat SMS. SMS itu berisi, "hei, apa benar  itu kau? Biasanya kau meng-upload foto yang bagus dan menarik. Tapi, kenapa foto yang baru saja kau upload jelek sekali? Kau juga kelihatan kotor disana. Apa kau tidak malu?"
Aku pun membalas, "maaf, sebenarnya kau siapa? jawabanku, itu memang aku. Aku hargai komentarmu itu. Tapi, tahukah kau? Hari ini hari spesial buatku. Aku berulang tahun hari ini."
Tidak lama kemudian, dia membalas, "oh, jadi kau ulang tahun? Kenapa kau tidak pergi ke suatu tempat yang lebih berkelas? Misalnya ke kafe, ke mall, ke restoran, atau kemana lah yang berkelas. Masa' hanya dengan begitu saja? Itu pun kue dari teman-temanmu pastinya. Bukankah kau orang kaya? Tunjukkan bahwa kau itu orang kaya!"
Aku menjadi emosi. Apa maksud orang itu mengejek-ejekku. Memang dia kenal aku? Memang dia siapa? Ibuku? Ayahku? Kakakku? BUKAN! Dia hanya seseorang yang tidak kukenal, tahu sedikit saja tidak. Jadi aku membalas, "Maaf ya! Ini siapa sebenarnya? Kok asal mengejek? Aku memang orang kaya. Memang bisa aku pergi ke tempat yang kau sebutkan tadi. Tapi, aku tidak suka menghamburkan uang. Uang itu bukan uangku, tapi uang orangtuaku. Jadi, tolong ya, jangan ganggu aku lagi."
Aku semakin emosi begitu memmbaca balasan SMS itu. Karena sangat emosi, aku tidak membalas SMS itu. Tapi, yang terjadi malah ada SMS terus menerus dari orang itu. Aku pun tak sadar, pembicaraannya sudah bukan masalah foto lagi. Hal ini membuatku melupakan bahwa hari ini hari ulang tahunku
Sekitar dua jam kemudian, Mama pulang ke rumah. Aku mendengar bel berbunyi, tapi aku tetap diam saja. Akhirnya pun pasti Mama akan masuk sendiri. Ternyata, Mama pulang bersama kakak. Kakak yang pulang dengan muka kusut segera masuk ke kamarnya. Mama pun menggeleng-gelengkan kepala melihat sikap kakak. Mama mencariku di lantai bawah, namun tidak ada. Mama pun pergi ke lantai dua, ke kamarku. Mama melihatku dengan heran. Wajahku lebih kusut daripada kakak. Mama hanya menggeleng-gelengkan kepala lalu menutup pintu kembali. Aku mendengar Mama menggerutu sendiri dari luar kamarku. Beberapa saat kemudian, suara itu menghilang
Pukul enam sore, aku belum juga mandi. Begitu juga dengan kakak. Mama yang menyadari hal ini segera pergi ke lantai dua. Mama menyuruhku mandi, namun aku masih bermalas-malasan. Mama juga menyuruh kakak mandi. Kakak juga tetap melihat laptopnya. Karena kesal, Mama pergi ke kamarku lagi dan melihatku di dekat kamar mandi sudah membawa handuk. Kakak yang juga akan mandi, segera berlari. Aku yang sudah sampai di depan pintu kamar mandi, terkejut setengah mati karena tiba-tiba kakak menabrakku dari belakang
"Kakak! 'Kan aku mau mandi!" ucapku.
"Aku juga mau mandi!" tegas kakak
"Kan aku duluan, kak! Mana bisa kakak masuk duluan," ucapku sembari masuk ke kamar mandi
"Eitss, mau kemana kau? Aku mau mandi, nih!" ucap kakak sembari menarikku.
"Tapi 'kan aku dulu kak Fellooooone!" ucapku kesal
"Ah, sudahlah. 'Kan salah satu bisa mandi di kamar mandi di bawah," usul Mama. Tapi, aku dan kakak sama sekali tidak mempedulikan usulan Mama. Aku dan Kak Fellone pun saling berebutan masuk ke kamar mandi. Sampai akhirnya.........
"Stop! Kalian inI! Kalau semenit lagi kalian masih bertengkar, kalian tidak akan mendapatkan makan malam!" ucap Mama marah
"Sana! Kau yang mandi dibawah!" ucap kakak
"Enak saja! Kakak saja!" ucapku
"Ooh, mau tidak dapat makan malam?" goda Mama
Akhirnya Kakak berlari ke kamar mandi bawah. Aku tersenyum licik melihatnya hampir jatuh di dekat tangga. Mama pergi ke ruang keluarga. Sembari tertawa licik, aku masuk ke kamar mandi
Sekitar pukul delapan, Papa pulang. Papa terlihat membawa beberapa kantung plastik. Papa pergi ke kamar untuk ganti baju dan melarang siapapun membuka plastik itu. Tidak lama kemudian, Papa kembali dengan membawa kue ulang tahun dan diatasnya ada lilin angka 13. Aku pun ingat. Hari ini hari ultahku. Papa, Mama, dan Kak Fellone menyanyikan lagu selamat ulang tahun dengan kompak dan meriah. Aku mengucapkan harapanku, kemudian meniup lilin itu. Semua bertepuk tangan. Kami memakan kue itu dengan canda tawa. Beberapa saat kemudian, ada tukang pos datang. Kak Fellone keluar untuk menemuinya, kemudian masuk kembali. Katanya, ada sebuah kiriman untukku. Aku membukanya. Ternyata sebuah jam tangan putih yang aku inginkan. Harganya tidaklah murah. Disana ada kartu ucapan. Kiriman ini dari Kak Nelissa. Alangkah baiknya Kak Nelissa memberikanku jam tangan ini, pikirku
"Wah, jam tangan itu bagus sekali," puji kakak
"Mama jadi ingin beli jam tangan," ucap Mama
"Tadinya Papa ingin membelikan jam tangan seperti itu. Namun, biasanya kalau kau punya jam tangan tidak awet. Jadi, Papa tidak jadi membelinya," sahut Papa
"Untung 'kan, Pa. Sudah ada yang memberikannya. Kalau Papa membelikannya, masa' Dik Cessita punya dua jam tangan yang sama," ujar Kakak
Malam itu, tidak. Hari ini. Hari ini adalah salah satu dari hari terindah yang kumiliki. Kami menghabiskan semua makanan yang Papa beli, meskipun kami sudah kenyang. Hari ini dihiasi dengan canda tawa dan senyuman yang terus ada

Thursday, 1 March 2012

Linkin Park - New Divide

I remember black skies
The lightning all around me
I remembered each flash 
As time began to blur
Like a startling sign 
That fate had finally found me

And your voice was all I heard
That I get what I deserve

So give me reason
To prove me wrong
To wash this memory clean
Let the floods cross 
The distance in your eyes

Give me reason 
To fill this hole
Connect the space between
Let it fill up to reach the truth and lies
Across this new divide

There was nothing inside
The memory’s left abandoned
There was no where to hide
The ashes fell like snow
And the ground caved in 
Between where we were standing

And your voice was all I heard
That I get what I deserve

So give me reason to prove me wrong
To wash this memory clean
Let the floods cross 
The distance in your eyes
Across this new divide

(Instrumental)
In every loss in every lie
In every truth that you deny
And each regret and each goodbye 
Was some mistakes you pray to hide

And your voice was all I heard
That I get what I deserve

So give me reason 
To prove me wrong
To wash this memory clean
Let the floods cross
The distance in your eyes

Give me reason
To fill this hole
Connect the space between
Let it fill up to reach the truth and lies
Across this new divide
Across this new divide
Across this new divide

Katy Perry - Firework

Do you ever feel like a plastic bag
Drifting through the wind, wanting to start again?
Do you ever feel, feel so paper thin
Like a house of cards, one blow from caving in?

Do you ever feel already buried deep?
Six feet under screams but no one seems to hear a thing
Do you know that there's still a chance for you
'Cause there's a spark in you?

You just gotta ignite the light and let it shine
Just own the night like the 4th of July

'Cause baby, you're a firework
Come on, show 'em what you're worth
Make 'em go, oh oh oh
As you shoot across the sky

Baby, you're a firework
Come on, let your colors burst
Make 'em go, oh oh oh
You're gonna leave 'em falling down

You don't have to feel like a waste of space
You're original, cannot be replaced
If you only knew what the future holds
After a hurricane comes a rainbow

Maybe you're reason why all the doors are closed
So you could open one that leads you to the perfect road
Like a lightning bolt, your heart will blow
And when it's time, you'll know

You just gotta ignite the light and let it shine
Just own the night like the 4th of July

'Cause baby you're a firework
Come on, show 'em what you're worth
Make 'em go, oh oh oh
As you shoot across the sky

Baby, you're a firework
Come on, let your colors burst
Make 'em go, oh oh oh
You're gonna leave 'em falling down

Boom, boom, boom
Even brighter than the moon, moon, moon
It's always been inside of you, you, you
And now it's time to let it through

'Cause baby you're a firework
Come on, show 'em what you're worth
Make 'em go, oh oh oh
As you shoot across the sky

Baby, you're a firework
Come on, let your colors burst
Make 'em go, oh oh oh
You're gonna leave 'em falling down

Boom, boom, boom
Even brighter than the moon, moon, moon
Boom, boom, boom
Even brighter than the moon, moon, moon

Cessita and Fellone #6

Kami pulang ke rumah sekitar pukul 5 sore. Memang cukup lama, tapi kami membeli sekotak kue stoberi dan blackforest di toko kue dekat sekolahku. Mama yang terlihat khawatir segera menanyai kami, “kemana saja kalian? Kenapa lama sekali?”
“Ah Mama. Kami kan cuma bertemu dengan teman baru kami. Mama kok khawatir sekali?” ucapku.
“Memang tidak apa-apa. Tapi kenapa kalian tidak membalas SMS dan tidak menjawab telepon dari Mama?” tanya Mama.
Aku dan kakak mengecek HP kami. Ternyata memang ada SMS dan panggilan tak terjawab dari Mama. Kakak segera menjawab, “maaf, Ma. HP kami tidak kami bunyikan dan daritadi kami tidak memeriksanya.”
“Kalian ini. Ya sudah, cepatlah pergi mandi. Kalian akan dimarahi jika kalian belum mandi ketika Papa pulang!” nasihat Mama.
Aku dan kakak mengucapkan mengangguk kemudian pergi mandi. Dengan cepat, kami sudah kembali ke bawah dengan rapi dan bersih. Beberapa menit kemudian, Papa pulang. Melihat kakak dan aku yang rambutnya masih basah, Papa berkata, “kok baru saja mandi? Kan sudah sangat sore.”
“Tidak apa-apa kok, Pa. Tadi kami pergi menemui teman,” ujar kakak.
Papa dengan wajah lega meninggalkan kami. Aku dan kakak tertawa, sedangkan Mama terlihat heran. Begitu kami menyadarinya, kami langsung berhenti tertawa dan pergi ke atas. Aku tahu hari ini kakak sedang dalam mood yang bagus, jadi kuminta kakak mengajariku mengerjakan PR-ku. Haha, sudah kuduga. Pasti kakak akan mengajariku, batiku ketika kakak mulai mengajariku. Sekitar jam setengah sepuluh malam, PR-ku selesai dan kami merasa sangat mengantuk. Tapi, aku masih ada satu tugas yang harus dikerjakan dengan laptop. Kakak yang sejak tadi terlihat seperti tidur kukagetkan, “kakak! Kalau tidur di kamar kakak dong!”
Ternyata, cara itu tidak berhasil. Aku mencobanya sekali lagi dan ternyata, GAGAL! Kucoba beberapa cara, namun tidak membuat kakak bergerak sedikitpun. Aku menggunakan cara terakhir, yaitu mencubitnya, berteriak padanya, dan menggucangkan tubuhnya. Tapi sepertinya kakak memang sudah tidur pulas. Dengan sekuat tenaga, kupindahkan kakak ke kasurku. Dan sekitar jam sepuluh malam, tugasku selesai dan aku pergi ke dunia mimpi.
Paginya aku terbangun tidak seperti biasa. Kakak yang biasanya bangun lebih awal berteriak, “aaa!” sangat keras. Tentu saja, itu juga membuat Papa dan Mama terbangun. Orangtuaku segera pergi ke kamarku, dimana suara kakak berasal. Papa dan Mama menanyai beberapa pertanyaan, ternyata kakak hanya mimpi buruk dan terbangun di kamarku yang memang berbeda dengan kamarnya. Papa dan Mama yang terlihat lega juga mengantuk kembali tidur. Dan setelah orangtuaku keluar, kakak bukannya pindah ke kamarnya melainkan tidur di kasurku. Karena merasa kesempitan, aku membangunkannya dan kakak pindah ke kamar. Tapi, begitu kakak keluar dari kamar, aku tidak bisa tidur. Aku mencoba memejamkan mataku beberapa kali dan aku belum juga tertidur. Akhirnya aku hanya menyalakan music dan ternyata aku tertidur.
Pagi harinya, aku terbangun oleh teriakan Mama. Beberapa menit kemudian, aku baru teringat, hari ini aku sekolah. Dengan cepat aku menyambar handukku dan pergi mandi. Setelah melakukan semua persiapan, aku turun ke bawah. Seperti biasa, semua sedang sarapan. Aku segera sarapan dan berpamitan kepada Mama. Mama berkata sesuatu yang membuatku teringat sesuatu, “jangan lupa dompet kalian! HP sudah dibawa belum?”. Aku segera berlari kekamarku dan mengambil HP-ku yang terletak di samping bantalku. Setelah ku-cek, ternyata baterainya habis. Aku teringat semalam aku menyalakan musik agar aku bisa tertidur. Dengan wajah cemberut, aku turun ke bawah.
“Kau kenapa, sayang? Kok cemberut?” tanya Mama.
“Baterai HP-ku habis, Ma,” jawabku.
“Kenapa kau tidak men-chargenya?” tanya Mama lagi.
“Itu…” belum sempat aku melanjutkan kata-kataku, kakak berkata, “sudahlah. Nih! Kupinjamkan HP-ku!” ucap kakak sembari menyerahkan HP-nya.
"Memang kakak tidak memakainya?" tanyaku heran.
"Tidak. Kakak belum lama membeli HP baru."
"Kenapa kakak tidak mengajakku?"
"Habisnya HP-mu sudah sangat bagus. Sama saja menghabiskan uangmu kalau kau membeli yang baru."
"Huh! Aku kan juga kepingin kak!"
"Huss! Sudahlah. Nanti kalian terlambat lho!" sahut Mama.
Aku dan kakak menyalami tangan Mama kemudian berangkat. Di jalan aku masih kepikiran tentang pembelian HP kakak yang baru itu. Dengan muka cemberut aku memasuki kelas. Teman-temanku terlihat sibuk sendiri. Sampai-sampai Ulnie tidak menyadari aku sudah duduk disampingnya. Dia terkejut melihatku sudah duduk disampingnya dengan muka cemberut.
"Cie, yang mukanya belum disetrika," ucapnya.
Aku terdiam masih dengan muka cemberut. "Hei, mau kuambilkan setrika?" canda Ulnie.
"Apa sih, tidak lucu!" jawabku.
"Lalu, kenapa kau cemberut?"
"Kakakku membeli HP baru!"
"Hanya itu? Kenapa kau tidak membeli juga?"
"Mana bisa! Kak Fellone membelinya sendiri tanpa mengajakku!"
"Sudahlah. Lain kali kau bisa membelinya. Lagipula HP-mu kan sudah sangat bagus."
Aku cemberut mendengar jawaban Ulnie. Kupikir dia akan membelaku. Apa boleh buat, bel sudah berbunyi. Aku tidak akan bisa berbuat apa-apa. Jika aku berbicara, pasti akan dimarahi guru. Jika aku terus cemberut, pasti akan ditanyai guru-guru. Dengan berat hati aku berusaha melupakan kejadian pagi tadi.
Saat pulang, tidak seperti biasanya, teman-temanku langsung keluar kelas. Padahal mereka biasanya bermain HP atau laptop mereka di kelas. Ulnie memintaku mengantarnya ke kantin. Dengan tersenyum aku mengantarnya ke kantin karena aku juga lapar. Aku hanya membeli roti, sedangkan Ulnie membeli beberapa makanan. Sebagian dari makanan Ulnie sudah dihabiskannya, rotiku juga sudah habis. Kami berjalan ke kelas dengan bercanda tawa. Tiba-tiba aku merasa aneh. Ulnie seperti senang sekali hari ini. Teman-temanku juga tidak seperti biasanya. Akhirnya aku menyadari sesuatu yang sangat penting dalam hidupku. Dan ketika itu aku sudah dikejutkan teman-temanku ketika sampai di kelas.