"Happy birthday Cessita....
Happy birthday Cessita... happy birthday, happy birthday, happy birthday
Cessita..." ucap teman-temanku serempak
"Ucapkan permintaan
terbaikmu!" seru Ulnie. Aku pun mengucapkan permintaanku. Setelah itu aku
meniup lilin yang merupakan angka 13 itu. Teman-temanku bertepuk tangan dan
menyuruhku memotong kue ulang tahun itu. Aku segera memotongnya menjadi
beberapa bagian. Potongan pertama kuberikan pada Ulnie. Tapi, begitu kuberikan,
dia malah meleletkanku krim kue di pipiku. Aku pun membalasnya dengan krim yang
lebih banyak. Akhirnya,krim kue ulang tahun itu habis untuk saling meleletkan
krim kue. Kami semua tertawa bersama-sama dan memakan kue ulang tahun itu tanpa
krim. Meski rasanya berbeda, kami tetap memakannya. Kami pun tidak lupa berfoto-foto, meskipun wajah kami belepotan dengan krim kue
Begitu sampai di rumah, rumah kelihatan sepi sekali. Aku mencari Mama, tapi tidak kutemukan. Karena lelah, aku pergi ke kamar, mengganti seragamku, dan turun ke bawah lagi, ke ruang makan. Aku menuju meja makan, tapi tidak ada satu pun makanan yang ada disini. Aku membuka kulkas, masih seperti biasa. Aku mengambil dua potong brownies dan sebotol air dingin. Aku pergi ke kamar dan menghidupkan laptopku. Dan seperti biasa, aku mulai mengedit foto. Sebenarnya, tidak semua foto kuedit, karena ada beberapa foto yang sudah bagus dan akan menjadi jelek jika kuedit. Sekitar sejam kemudian, aku membuka akun jejaring sosialku dan meng-upload foto tadi. Banyak teman-teman yang memujiku. Ada juga yang mengatakan bahwa ia tertawa terbahak-bahak melihat foto yang ku-upload. Akhirnya ada seseorang bertanya padaku lewat SMS. SMS itu berisi, "hei, apa benar itu kau? Biasanya kau meng-upload foto yang bagus dan menarik. Tapi, kenapa foto yang baru saja kau upload jelek sekali? Kau juga kelihatan kotor disana. Apa kau tidak malu?"
Aku pun membalas, "maaf, sebenarnya kau siapa? jawabanku, itu memang aku. Aku hargai komentarmu itu. Tapi, tahukah kau? Hari ini hari spesial buatku. Aku berulang tahun hari ini."
Tidak lama kemudian, dia membalas, "oh, jadi kau ulang tahun? Kenapa kau tidak pergi ke suatu tempat yang lebih berkelas? Misalnya ke kafe, ke mall, ke restoran, atau kemana lah yang berkelas. Masa' hanya dengan begitu saja? Itu pun kue dari teman-temanmu pastinya. Bukankah kau orang kaya? Tunjukkan bahwa kau itu orang kaya!"
Aku menjadi emosi. Apa maksud orang itu mengejek-ejekku. Memang dia kenal aku? Memang dia siapa? Ibuku? Ayahku? Kakakku? BUKAN! Dia hanya seseorang yang tidak kukenal, tahu sedikit saja tidak. Jadi aku membalas, "Maaf ya! Ini siapa sebenarnya? Kok asal mengejek? Aku memang orang kaya. Memang bisa aku pergi ke tempat yang kau sebutkan tadi. Tapi, aku tidak suka menghamburkan uang. Uang itu bukan uangku, tapi uang orangtuaku. Jadi, tolong ya, jangan ganggu aku lagi."
Aku semakin emosi begitu memmbaca balasan SMS itu. Karena sangat emosi, aku tidak membalas SMS itu. Tapi, yang terjadi malah ada SMS terus menerus dari orang itu. Aku pun tak sadar, pembicaraannya sudah bukan masalah foto lagi. Hal ini membuatku melupakan bahwa hari ini hari ulang tahunku
Sekitar dua jam kemudian, Mama pulang ke rumah. Aku mendengar bel berbunyi, tapi aku tetap diam saja. Akhirnya pun pasti Mama akan masuk sendiri. Ternyata, Mama pulang bersama kakak. Kakak yang pulang dengan muka kusut segera masuk ke kamarnya. Mama pun menggeleng-gelengkan kepala melihat sikap kakak. Mama mencariku di lantai bawah, namun tidak ada. Mama pun pergi ke lantai dua, ke kamarku. Mama melihatku dengan heran. Wajahku lebih kusut daripada kakak. Mama hanya menggeleng-gelengkan kepala lalu menutup pintu kembali. Aku mendengar Mama menggerutu sendiri dari luar kamarku. Beberapa saat kemudian, suara itu menghilang
Pukul enam sore, aku belum juga mandi. Begitu juga dengan kakak. Mama yang menyadari hal ini segera pergi ke lantai dua. Mama menyuruhku mandi, namun aku masih bermalas-malasan. Mama juga menyuruh kakak mandi. Kakak juga tetap melihat laptopnya. Karena kesal, Mama pergi ke kamarku lagi dan melihatku di dekat kamar mandi sudah membawa handuk. Kakak yang juga akan mandi, segera berlari. Aku yang sudah sampai di depan pintu kamar mandi, terkejut setengah mati karena tiba-tiba kakak menabrakku dari belakang
"Kakak! 'Kan aku mau mandi!" ucapku.
"Aku juga mau mandi!" tegas kakak
"Kan aku duluan, kak! Mana bisa kakak masuk duluan," ucapku sembari masuk ke kamar mandi
"Eitss, mau kemana kau? Aku mau mandi, nih!" ucap kakak sembari menarikku.
"Tapi 'kan aku dulu kak Fellooooone!" ucapku kesal
"Ah, sudahlah. 'Kan salah satu bisa mandi di kamar mandi di bawah," usul Mama. Tapi, aku dan kakak sama sekali tidak mempedulikan usulan Mama. Aku dan Kak Fellone pun saling berebutan masuk ke kamar mandi. Sampai akhirnya.........
"Stop! Kalian inI! Kalau semenit lagi kalian masih bertengkar, kalian tidak akan mendapatkan makan malam!" ucap Mama marah
"Sana! Kau yang mandi dibawah!" ucap kakak
"Enak saja! Kakak saja!" ucapku
"Ooh, mau tidak dapat makan malam?" goda Mama
Akhirnya Kakak berlari ke kamar mandi bawah. Aku tersenyum licik melihatnya hampir jatuh di dekat tangga. Mama pergi ke ruang keluarga. Sembari tertawa licik, aku masuk ke kamar mandi
Sekitar pukul delapan, Papa pulang. Papa terlihat membawa beberapa kantung plastik. Papa pergi ke kamar untuk ganti baju dan melarang siapapun membuka plastik itu. Tidak lama kemudian, Papa kembali dengan membawa kue ulang tahun dan diatasnya ada lilin angka 13. Aku pun ingat. Hari ini hari ultahku. Papa, Mama, dan Kak Fellone menyanyikan lagu selamat ulang tahun dengan kompak dan meriah. Aku mengucapkan harapanku, kemudian meniup lilin itu. Semua bertepuk tangan. Kami memakan kue itu dengan canda tawa. Beberapa saat kemudian, ada tukang pos datang. Kak Fellone keluar untuk menemuinya, kemudian masuk kembali. Katanya, ada sebuah kiriman untukku. Aku membukanya. Ternyata sebuah jam tangan putih yang aku inginkan. Harganya tidaklah murah. Disana ada kartu ucapan. Kiriman ini dari Kak Nelissa. Alangkah baiknya Kak Nelissa memberikanku jam tangan ini, pikirku
"Wah, jam tangan itu bagus sekali," puji kakak
"Mama jadi ingin beli jam tangan," ucap Mama
"Tadinya Papa ingin membelikan jam tangan seperti itu. Namun, biasanya kalau kau punya jam tangan tidak awet. Jadi, Papa tidak jadi membelinya," sahut Papa
"Untung 'kan, Pa. Sudah ada yang memberikannya. Kalau Papa membelikannya, masa' Dik Cessita punya dua jam tangan yang sama," ujar Kakak
Malam itu, tidak. Hari ini. Hari ini adalah salah satu dari hari terindah yang kumiliki. Kami menghabiskan semua makanan yang Papa beli, meskipun kami sudah kenyang. Hari ini dihiasi dengan canda tawa dan senyuman yang terus ada
No comments:
Post a Comment