Malam
harinya, sekitar pukul 7 malam, aku terbangun dari mimpi indahku. Ternyata,
semua anggota keluargaku sedang berkumpul di ruang keluarga. Aku segera mandi
dan menuju ruang keluarga. Aku duduk di sebelah kakak yang sedang asyik bermain
HP-nya. Karena kakak tidak melihatku atau sekedar menengok kearahku, aku pun
melihat apa yang dilakukan kakak. Ternyata, kakak sedang SMS-an dengan
seseorang. Kulihat namanya, Nelissa. Aku pun menutupi HP kakak dengan tanganku,
akhirnya kakak menengok ke arahku. "Ada apa?" tanyanya.
"Kakak
ini bagaimana? Sudah kupanggil daritadi kenapa tidak melihat kearahku. Menjawab
pun tidak," jawabku.
"Maaf.
Memang kau ingin berkata apa?"
"Hah...
jadi begini, Kak Nelissa mengajakku bertemu di kafe dekat taman kota besok.
Kakak mau ikut tidak?"
"Besok?
Sepertinya aku bisa. Hei, kapan kau mengajaknya bertemu denganmu?"
"Hush,
ribut apa ini?" tanya Papa.
"Bukan
apa-apa kok, Pa. Kalau begitu, kami keatas saja ya!" jawabku.
Aku
dan Kakak pergi keatas dan menuju kamarku. Kami duduk di kasur dan aku menjawab
pertanyaannya tadi, "kakak pernah memberitahu akun jejaring sosialku kan?
Nah, Kak Nelissa mengirim permintaan teman. Kami mengobrol, kemudian Kak
Nelissa yang mengajak bertemu."
"Oh,
begitu. Tenang, pasti bisa. Dik, mana foto editanmu? Aku mau lihat." Aku
membuka laptopku dan menghidupkannya. Aku membuka folder dimana aku
menyimpannya. Disana, ada semua foto editanku di pantai tadi. Kakak tersenyum
bangga, puas, dan senang. Segera dia membuka akun jejaring sosialnya,
meng-upload foto editanku yang diberi judul, "My sister's
photograph". Kakak pun menjadikan salah satu foto editanku menjadi foto
akunnya. Dia berlari menuju kamarnya dan kembali. Flashdisk yang diambilnya
dipasangnya di tempat USB, kemudian kakak meng-copy foto editanku. Dia meninggalkanku
dan berkata, "bagus sekali foto yang kau edit. Dan besok, kau jangan
bangun siang ya! Mimpi indah!" Kakak menutup pintu sembari tersenyum. Aku
bingung akan mengapakan laptopku. Akhirnya aku mematikannya dan pergi tidur.
Keesokan
harinya, aku sudah siap akan menemui Kak Nelissa. Dengan rok jeans selutut,
blus putih, bando silver berpita, sepatu hak 2 cm, dan rambutku yang tidak
kuikat, aku turun ke bawah. Kakak dengan celana jeans panjang, sepatu putih,
kaos putih di bagian dalamnya dan kemeja biru diluarnya. Kami segera turun
kebawah. Namun, Mama mencegat kami dan bertanya, "mau kemana kalian? Kok
dandannya spesial?"
"Cuma
bertemu teman kok, Ma," jawabku.
"Mama
ini. Biasanya kami juga seperti ini, jawab kakak.
"Memang
seperti biasa dandanan kalian ketika pergi. Namun ini agak berbeda menurut
Mama," ucap Mama melihat kami berdua dari atas kebawah.
"Ini
namanya perubahan, Ma. Anak Mama ini semakin cantik dan ganteng kok seperti
Mama dan Papa," ujar kakak.
"Ah,
yasudah. Kalian hati-hati ya!" nasihat Mama.
"Iya,
Ma!" ucapku.
Kami
segera berangkat dan tiba di kafe itu tepat waktu. Ternyata Kak Nelissa sudah
menunggu bersama teman kakak yang bernama Defin. Kak Nelissa terlihat sangat
cantik. Dia memakai gaun merah selutut dengan rambutnya yang diikat. Kalung
mutiara yang dipakainya sangat cocok dengan gaunnya. Sedangkan Kak Defin
menggunakan celana jeans panjang dengan blus ungu, rambutnya tidak diikat
dihias dengan pita putih yang tidak terlalu besar. Aku dan kakak segera
menghampirinya. Kak Nelissa seperti keheranan kemudian bertanya, "siapa
kalian?"
Tapi,
sebelum kami menjawab, Kak Defin menyapa, "Wah, Fellone tidak seperti
biasa!"
"Oh,
kalian Fellone dan Dik Cessita itu ya? Kok beda dengan foto akun kalian?"
tanya Kak Nelissa.
"Benarkah?"
tanyaku.
"Duduklah,"
ucap Kak Defin. "Lone, kok kau tidak seperti biasa? Ganti gaya?"
lanjut Kak Defin.
"Ah,
terserah aku dong. Aku bosan dengan gayaku kemarin. Memang kau tidak pernah
berganti gaya? Oh iya, memang tidak pernah ya?" goda kakak.
"Tidak
pernah darimana. Setiap hari aku berganti gaya," jawab Kak Defin bangga.
"Kalau
begitu, kenapa kau protes ketika aku berganti gaya? Tidak setiap hari
lho!" ucap kakak.
"Hush!
Kalian ini! Pesan makanan atau apa, malah berantem. Malu tahu dilihat
orang!" lerai Kak Nelissa.
"Kak
Nelissa, kakak terlihat lebih cantik daripada foto akun kakak," pujiku.
"Ah
tidak. Kau ini mengada-ada," tolak Kak Nelissa.
"Orangtuamu
dulu menginginkan apa? Belum pernah aku melihat perempuan secantik kau,"
puji kakak.
"Hei!
Kalau begitu aku tidak cantik?" protes Kak Defin.
"Ah!
Kau cantik! Tapi lebih cantik Nelissa," ucap kakak.
"Kau
naksir padanya?" tanya Kak Defin.
"Hallo!
Katanya tidak berantem? Cepat sana kakak pesan makanan!" leraiku.
Kami
berempat memesan makanan dan minuman. Tapi ditengah-tengah makan selalu saja
kakak dan kak defin berantem. Sebenarnya mereka menyebut dirinya sahabat, tapi
mereka sering beradu mulut dan berantem. Aku dan Kak Nelissa sampai kewalahan
melerai kakak-kakak ini. Gara-gara keberisikan kakak dan kak defin, kami sampai
dilihat banyak orang. Kak defin dan kakak sadar kalau mereka dilihat banyak
orang, baru mereka bisa diam. Tapi, setelah membayar, kakak dan kak defin
kembali beradu mulut. Ini orang kenapa lagi, berantem daritadi. Takdir apa ya? pikirku