Monday, 13 February 2012

Cessita and Fellone #5

Malam harinya, sekitar pukul 7 malam, aku terbangun dari mimpi indahku. Ternyata, semua anggota keluargaku sedang berkumpul di ruang keluarga. Aku segera mandi dan menuju ruang keluarga. Aku duduk di sebelah kakak yang sedang asyik bermain HP-nya. Karena kakak tidak melihatku atau sekedar menengok kearahku, aku pun melihat apa yang dilakukan kakak. Ternyata, kakak sedang SMS-an dengan seseorang. Kulihat namanya, Nelissa. Aku pun menutupi HP kakak dengan tanganku, akhirnya kakak menengok ke arahku. "Ada apa?" tanyanya.
"Kakak ini bagaimana? Sudah kupanggil daritadi kenapa tidak melihat kearahku. Menjawab pun tidak," jawabku.
"Maaf. Memang kau ingin berkata apa?"
"Hah... jadi begini, Kak Nelissa mengajakku bertemu di kafe dekat taman kota besok. Kakak mau ikut tidak?"
"Besok? Sepertinya aku bisa. Hei, kapan kau mengajaknya bertemu denganmu?"
"Hush, ribut apa ini?" tanya Papa.
"Bukan apa-apa kok, Pa. Kalau begitu, kami keatas saja ya!" jawabku.
Aku dan Kakak pergi keatas dan menuju kamarku. Kami duduk di kasur dan aku menjawab pertanyaannya tadi, "kakak pernah memberitahu akun jejaring sosialku kan? Nah, Kak Nelissa mengirim permintaan teman. Kami mengobrol, kemudian Kak Nelissa yang mengajak bertemu."
"Oh, begitu. Tenang, pasti bisa. Dik, mana foto editanmu? Aku mau lihat." Aku membuka laptopku dan menghidupkannya. Aku membuka folder dimana aku menyimpannya. Disana, ada semua foto editanku di pantai tadi. Kakak tersenyum bangga, puas, dan senang. Segera dia membuka akun jejaring sosialnya, meng-upload foto editanku yang diberi judul, "My sister's photograph". Kakak pun menjadikan salah satu foto editanku menjadi foto akunnya. Dia berlari menuju kamarnya dan kembali. Flashdisk yang diambilnya dipasangnya di tempat USB, kemudian kakak meng-copy foto editanku. Dia meninggalkanku dan berkata, "bagus sekali foto yang kau edit. Dan besok, kau jangan bangun siang ya! Mimpi indah!" Kakak menutup pintu sembari tersenyum. Aku bingung akan mengapakan laptopku. Akhirnya aku mematikannya dan pergi tidur.
Keesokan harinya, aku sudah siap akan menemui Kak Nelissa. Dengan rok jeans selutut, blus putih, bando silver berpita, sepatu hak 2 cm, dan rambutku yang tidak kuikat, aku turun ke bawah. Kakak dengan celana jeans panjang, sepatu putih, kaos putih di bagian dalamnya dan kemeja biru diluarnya. Kami segera turun kebawah. Namun, Mama mencegat kami dan bertanya, "mau kemana kalian? Kok dandannya spesial?"
"Cuma bertemu teman kok, Ma," jawabku.
"Mama ini. Biasanya kami juga seperti ini, jawab kakak.
"Memang seperti biasa dandanan kalian ketika pergi. Namun ini agak berbeda menurut Mama," ucap Mama melihat kami berdua dari atas kebawah.
"Ini namanya perubahan, Ma. Anak Mama ini semakin cantik dan ganteng kok seperti Mama dan Papa," ujar kakak.
"Ah, yasudah. Kalian hati-hati ya!" nasihat Mama.
"Iya, Ma!" ucapku.
Kami segera berangkat dan tiba di kafe itu tepat waktu. Ternyata Kak Nelissa sudah menunggu bersama teman kakak yang bernama Defin. Kak Nelissa terlihat sangat cantik. Dia memakai gaun merah selutut dengan rambutnya yang diikat. Kalung mutiara yang dipakainya sangat cocok dengan gaunnya. Sedangkan Kak Defin menggunakan celana jeans panjang dengan blus ungu, rambutnya tidak diikat dihias dengan pita putih yang tidak terlalu besar. Aku dan kakak segera menghampirinya. Kak Nelissa seperti keheranan kemudian bertanya, "siapa kalian?"
Tapi, sebelum kami menjawab, Kak Defin menyapa, "Wah, Fellone tidak seperti biasa!"
"Oh, kalian Fellone dan Dik Cessita itu ya? Kok beda dengan foto akun kalian?" tanya Kak Nelissa.
"Benarkah?" tanyaku.
"Duduklah," ucap Kak Defin. "Lone, kok kau tidak seperti biasa? Ganti gaya?" lanjut Kak Defin.
"Ah, terserah aku dong. Aku bosan dengan gayaku kemarin. Memang kau tidak pernah berganti gaya? Oh iya, memang tidak pernah ya?" goda kakak.
"Tidak pernah darimana. Setiap hari aku berganti gaya," jawab Kak Defin bangga.
"Kalau begitu, kenapa kau protes ketika aku berganti gaya? Tidak setiap hari lho!" ucap kakak.
"Hush! Kalian ini! Pesan makanan atau apa, malah berantem. Malu tahu dilihat orang!" lerai Kak Nelissa.
"Kak Nelissa, kakak terlihat lebih cantik daripada foto akun kakak," pujiku.
"Ah tidak. Kau ini mengada-ada," tolak Kak Nelissa.
"Orangtuamu dulu menginginkan apa? Belum pernah aku melihat perempuan secantik kau," puji kakak.
"Hei! Kalau begitu aku tidak cantik?" protes Kak Defin.
"Ah! Kau cantik! Tapi lebih cantik Nelissa," ucap kakak.
"Kau naksir padanya?" tanya Kak Defin.
"Hallo! Katanya tidak berantem? Cepat sana kakak pesan makanan!" leraiku.
 Kami berempat memesan makanan dan minuman. Tapi ditengah-tengah makan selalu saja kakak dan kak defin berantem. Sebenarnya mereka menyebut dirinya sahabat, tapi mereka sering beradu mulut dan berantem. Aku dan Kak Nelissa sampai kewalahan melerai kakak-kakak ini. Gara-gara keberisikan kakak dan kak defin, kami sampai dilihat banyak orang. Kak defin dan kakak sadar kalau mereka dilihat banyak orang, baru mereka bisa diam. Tapi, setelah membayar, kakak dan kak defin kembali beradu mulut. Ini orang kenapa lagi, berantem daritadi. Takdir apa ya? pikirku

Friday, 10 February 2012

Cessita and Fellone #4

Keesokan harinya, entah mengapa aku merasa sangat senang. Cuacanya bersahabat, tidak panas, hujan, atau angin. Hanya mendung yang terlihat di angkasa. Angin bertiup sepoi-sepoi melewati celah-celah rambut yang tak kuikat ini. Hari ini aku libur. Kakak juga begitu. Jadi, hari ini keluargaku berencana pergi ke pantai menikmati indahnya lautan luas dan hembusan angin yang sejuk. Papa juga tidak ada meeting atau klien yang datang ke kantornya hari ini.
Sekitar pukul 9 pagi, kami sudah tiba di sana. Begitu keluar dari mobil, hembusan angin sepoi-sepoi sangat terasa. Papa dan Mama duduk agak jauh dari lautan, sedangkan aku dan kakak belari-lari menikmati pantai. Rasanya kurang lengkap bila tidak mengabadikan saat-saat ini. Aku berlari ke arah Papa, mengambil kamera milik kakakku. Kakakku memotretku, dan hasilnya sangat bagus. Kakakku ini memang jago dalam hal fotografi. Tapi, dia tidak tertarik untuk menjadi fotografer. Seteah puas berfoto, kami bermain dengan ombak dan pasir pantai. Namun, saat bermain dengan ombak, aku kehilangan sesuatu, "hei kak, sepertinya aku kehilangan sesuatu," ucapku.
"Benarkah? Apa itu?" tanya kakak.
"Entah, sepertinya ada yang tidak lengkap," jawabku.
"Apa? Kalung, gelang, cincin, bando?"
"Ah ya! Gelangku..."
"Kau kan bisa membelinya lagi. Repot deh! Kan cuma gelang."
"Itu gelang pemberian sahabat di sekolahku yang sudah pindah."
"Kalau sudah hilang mau bagaimana lagi. Terima sajalah!"
Ternyata aku tidak bisa menepati janjiku. Aku sudah berjanji padanya bahwa aku tidak akan menghilangkannya dan selalu mengingatnya. Ah sudahlah. Mungkin dia akan menerimanya. Aku merasa capai, aku dan kakakku pergi ke tempat Papa dan Mama duduk. Aku dan kakak pergi untuk mandi, lalu membeli makan, dan pulang.
Sampai dirumah, aku merebahkan diri di kasur, sembari menyalakan musik dari HP-ku. Hari ini aku memang capai, namun senang. Tidak ingin menyia-nyiakan waktuku, aku pergi ke kamar kakakku. Kakakku terlihat besiap-siap akan pergi. "Kakak mau kemana?" tanyaku.
"Aku mau ke rumah temanku, mengerjakan tugas." jawab kakak.
"Memang kau tidak capai?"
"Sedikit. Tapi namanya tugas kan harus dikerjakan. Memang kau tidak capai?"
"Capai, aku ingin meminjam kamera kakak. Akan kukabel data foto kita tadi."
"Sebentar saja ya! Aku akan memakainya."
"Tenang. Tunggu sebentar."
Aku pergi ke kamar dan menyalakan laptopku. Segera kupindahkan data dari kamera ke laptopku. Beberapa menit kemudian, aku kembali ke kamar kakak. "Nih, sudah," ucapku sembari menyerahkan kamera.
"Ah ya. Yang bagus ya hasilnya."
"Tenang, aku ahlinya. Hati-hati ya kak!" ucapku. Kakak mengacungkan jempolnya.
Aku pergi ke kamarku. Tujuanku adalah mengedit foto. Aku bisa memakai semua software yang digunakan untuk memakai foto. Kurang lebih satu jam, aku selesai mengedit semua foto. Karena bosan, aku membuka akunku di jejaring sosial. Disana, aku menulis, "Hembusan angin sepoi dan segarnya lautan biru.". Aku juga meng-upload foto yang sudah kuedit. Seperti biasa, banyak teman yang menanggapi, juga mempuji foto editanku. Tiba-tiba, ada permintaan teman masuk. Kulihat namanya, Nelissa Rennew. Fotonya juga tidak asing bagiku. Segera saja kukirimi pesan, "Siapa ya?". Dia pun menjawab, "Ini aku, Kak Nelissa.". Aku terkejut, darimana dia tahu akun jejaring sosialku. Segera kubalas, "Kakak tahu darimana?". "Dari kakakmu. Aku yang bertanya padanya. Emm, kalau boleh, kapan-kapan kita bertemu yuk!". Aku senang bukan main, entah apa sebabnya. Seperti anak kecil yang baru saja dibelikan boneka oleh orangtuanya. Kubalas, "Baik, besok aku libur lagi. Bagaimana?". "Oke, aku juga libur. Bagaimana jika di kafe dekat taman kota? Jam 10 pagi.". "Siap. Sampai besok."
Rasanya aku berdebar-debar akan bertemu dengan Kak Nelissa. Aku sudah banyak memiliki teman di dunia maya, dan mereka juga pernah mengajakku bertemu. Tapi, aku tidak pernah merasa berdebar-debar seperti ini. Aku merasa mengantuk, aku menutup laptopku dan meng-chargenya karena baterainya sudah habis. Kurebahkan tubuhku di kasurku. Tidak sampai 10 menit, aku sudah pergi ke alam mimpiku.

Jason Mraz - Make It Mine

Wake up everyone
How can you sleep at a time like this
Unless the dreamer is the real you
Listen to your voice
The one that tells you to taste past the tip of your tongue
Leap and the net will appear

I don't wanna wake before
The dream is over
I'm gonna make it mine
Yes i... I'll own it
I'm gonna make it mine
Yes I'll make it all mine

I keep my life on a heavy rotation
Requesting that it's lifting you up
Up up and away
And over to a table at the Gratitude Café

And I am finally there
And all the angels they'll be singing
Ah la la la ah la la la I la la la la love you

I don't wanna break before
The tour is over
I'm gonna make it mine
Yes i...I'll own it
I'm gonna make it mine
Yes I'll make it all mine

And timing's everything
And this time there's plenty
I am balancing
Careful and steady
And reveling in energy that everyone's emitting

I don't wanna wait no more
No I wanna celebrate the whole world
I'm gonna make it mine
Because I'm following your joy
I'm gonna make it mine
Because I... I am open
I'm gonna make it mine
that's why I will show it
I'm gonna make it all mine
It's mine...
Yes I will make it all mine 

Wednesday, 8 February 2012

Cessita and Fellone #3

Siang itu, matahari bersinar sangat terik. Untung saja rumahku ber-AC. Hari ini kakak pulang agak malam karena ada tugas yang harus dikerjakan. Dinne, teman sekelasku mengajakku pergi ke mall. Aku segera mengganti bajuku dan pamit. Di depan mall itu, Dinne sudah menungguku. Warna rambutnya yang hitam itu memang berbeda. Orangtuanya berasal dari ras yang berbeda.
Kami berkeliling mencari alat-alat sekolah. Setelah membelinya, aku mengantar Dinne untuk membeli beberapa baju. Baju itu bukan untuk DInne, tapi untuk adiknya. Kami kesulitan memilih baju itu, karena baju yang kami temui ukurannya tidak sesuai dengan ukuran baju adik Dinne. Segera DInne mengirim SMS kepada ibunya. Ibunya pun tidak keberatan karena baju itu tidak ada. Beliau berterima kasih karena sudah dicarikan baju. Karena capai, akhirnya kami pergi ke sebuah kafe.
Kami memesan makanan dan minuman. Sembari menunggu, kami saling bercerita. Tiba-tiba, HP-ku bergetar. Ada SMS masuk dari Kak Rynoil. Isinya, "Hei Dik, kok kakakmu murung?". Aku keheranan dengan SMS ini, jangan-jangan kakak masih murung. SMS itu kubalas, "Memang kenapa?". Beberapa menit kemudian, "Fellone kelihatan tidak seperti biasa. Kini dia tidak terlalu aktif.". "Soal gadis di restoran. Mungkin dia masih memikirkan dia.". "Oh, tadi kulirik dia. Dia sedang melihat foto masa kecilnya.". "Kalau itu aku tak tahu. Kau kan bisa menghibur Kak Fellone.". SMS yang terakhir Kak Rynoil kirim membuatku semakin bingung. Saat aku bercerita kepada Mama, wajahnya terlihat heran, bahkan seperti agak panik. Kakak juga memikirkan gadis itu.
Dinne yang heran melihatku melamun mengagetkanku. Dia menyuruhku memakan makanan di meja. Aku tidak sadar kalau makanan sudah datang. Langsung saja kumakan makanan itu sebelum dingin. Sekitar jam 5 sore, aku pulang ke rumah. Papa sudah hampir pulang, Mama sedang menonton TV di kamarnya.
Sekitar jam 6 sore, Papa pulang ke rumah. Papa membawa sebuah kotak berisi kue brownies. Langsung saja kumakan kue itu, karena aku sedang ingin menyemil. Sekitar jam 7 malam, kakak pulang. Dia terlihat tergesa-gesa masuk ke kamarku. Aku yang sedang mengerjakan tugas dengan laptopku sangat terkejut. Hampir saja laptopku jatuh. Kakak mengutak-atik HP-nya dan memperlihatkan sebuah nomor telepon. "Siapa itu?" tanyaku kebingungan.
"Ini gadis yang pernah kita lihat di restoran itu. Ternyata dia tetangga temanku," jawab kakak.
"Oh, begitu. Kakak tahu darimana?" tanyaku.
"Tadi aku pinjam HP-nya. Ada foto gadis itu. Kutanyai tentang foto itu, namanya Nelissa," jelas kakak.
"Wah, namanya bagus. Sini, pinjam HP kakak!" ucapku. Aku menyalin nomor HP itu ke HP-ku. Aku tak ingin menyia-nyiakan kakak ada dikamarku. Aku menyuruhnya mengajari tentang tugasku. Setelah selesai, kakak pergi mandi dan aku pergi ke ruang makan.
Setelah makan malam, aku mencoba mengirim SMS kepada Kak Nelissa. Kutulis, "Hai kak. Kakak tetangganya kak Genvi? Kak Genvi adalah teman kakakku. Aku Cessita, adik teman kak Genvi.". Beberapa menit kemudian, Kak Nelissa membalas, "Oh ya, salam kenal ya. Aku Nelissa. Umurmu berapa? Kelas berapa?". "Salam kenal juga. Umurku 13 tahun. Aku kelas 2 SMP. Kalau kakak?". "Umurku 16 tahun. Aku kelas 1 SMA.". Kami berkenalan lewat SMS dan saling bercerita. Karena merasa mengantuk, akhirnya aku tidur.
Keesokan harinya, aku dan kakak sudah kelihatan seperti biasa. Aku juga dikirimi SMS dari Kak Rynoil bahwa Kak Fellone sudah aktif seperti biasa. Aku juga begitu. Aku yang kemarin terlihat lesu, kini menjadi ceria. Hanya mendapat nomor Kak Nelissa dan meng-SMSnya bisa membuat aku dan kakak menjadi kembali ceria dan aktif. Entah apa, kami seperti sudah kenal lama dan sangat akrab. Padahal, kami belum pernah bertemu langsung.

Monday, 6 February 2012

Cessita and Fellone #2

"Itu lho! Aku pernah melihatnya!" jawab kakak.
"Tapi siapa?" tanyaku kebingungan.
Memang, kalau dilihat sekilas seperti Mama. Tapi, seingatku aku tidak mempunyai saudara atau sepupu seperti itu. Gadis itu berambut coklat kemerahan sepertiku dan kakak, tapi bola matanya berwarna hijau, seperti Papa. Kakak pun berusaha tidak melihatnya, tapi dia terus keheranan.
"Lupakan saja, Kak. Dia bukan siapa-siapa," ucapku.
"Kau ini kenapa Fellone? Kau naksir padanya?" tanya teman kakak.
"Tidak. Ah, lupakan saja," ujar kakak. Tidak lama kemudian, makanan yang kakak pesan datang.
"Wah, kau tidak pesan apapun, Dik? Nih, makan," ucap kakak sembari menyodorkan makanannya.
"Tidak usah. Biar aku pesan lagi," tolakku.
Setelah puas makan, kami pulang. Tapi, kakak seperti terus mengingat gadis tadi. Dia memang cantik. Sebenarnya aku juga memikirkannya. Tapi, lupakan saja.
Sampai dirumah, Mama melihat kakak tidak seperti biasa. Dan jika begitu, Mama pasti menanyainya. "Ada apa, Kak? Kok murung?" tanya Mama.
"Tidak Ma, aku hanya capek," jawab kakak.
Dan malam itu, kakak hanya diam di kamar. Kakak tidak keluar untuk makan, berkumpul bersama keluarga, dan hal lainnya. Karena aku merasa keherananku tidak bisa ditahan, akhirnya aku bercerita pada mama.
"Mah, tadi kakak dan aku lihat seorang gadis. Rambutnya coklat kemerahan sepertiku dan kakak, bola matanya hijau seperti Papa. Aneh bukan?" ucapku.
"Masa'?" tanya Mama. Raut wajah mama langsung berubah.
"Iya. Bentuk rambutnya seperti Papa!" jelasku.
"Tidak. Tidak mungkin. Dia bukan siapa-siapa," ucap Mama.
Aku meninggalkan kedua orangtuaku di ruang keluarga dan naik ke atas, ke kamar kakak. Kulihat kakak sedang bermain laptopnya dengan wajah murung. Segera aku menghampirinya dan berkata, "kak, tadi aku bercerita tentang gadis yang tadi kita lihat di restoran kepada Mama. Tapi kenapa muka seperti heran?"
"Tidak salah lagi. Pasti benar," ucap kakak perlahan.
"Apa kakak bilang?" tanyaku karena aku tidak mendengar ucapan kakak.
"Bukan apa-apa. Kau pergilah tidur. Kau besok sekolah kan?" ujar kakak.
"Iya. Tapi kakak juga tidur. Matikan laptop kakak!" ucapku. Kakak pun mematikan laptopnya dan pergi tidur. Aku keluar dari kamar kakak dan pergi tidur di kamarku.
Keesokan harinya, aku berangkat sekolah diantar Papa. Kakak sudah berangkat terlebih dahulu karena ada sesuatu yang harus dikerjakannya di sekolah. Di kelas, aku menghampiri Ulnie dan bercerita tentang peristiwa semalam. Ulnie menyarankanku untuk menanyakannya kepada teman kakak. Untunglah aku punya nomor hp-nya. Segera ku sms dia, sms itu berisi, "Hai kak, ini aku, Cessita, adik kak Fellone. Apa kakak kenal dengan gadis yang kemarin?"
Tidak lama kemudian, ada balasan dari kakak itu, "Hai dik Cessita. Kau belum tahu namaku kan? Aku kak Rynoil. Aku tidak tahu, tapi aku seperti pernah melihatnya."
Sms itu kubalas, "Hah? Siapa? Kakak pernah meliatnya?"
Kak Rynoil pun membalas, "Ya. Tapi aku tak tahu siapa dia."
Aku terus memikirkan gadis kemarin. Sepertinya dia 'penting' dalam hidupku. Sampai akhirnya bel masuk berbunyi, aku berusaha berhenti memikirkannya. Ulnie mengajakku mengobrol dan bercanda tawa, secara tidak sadar aku sudah tidak memikirkan gadis itu.

Thursday, 2 February 2012

Cessita and Fellone #1

"Cepatlah! aku sudah hampir terlambat nih!" ucapku sembari menarik tangan kakak.
"Sabarlah sebentar. Aku sedang pakai sepatu ini!" ujar kakak.
"Hati-hati ya!" nasihat Mama. "Baik-baik di sekolah!" lanjut Papa.
Ya, beginilah keseharianku. Aku adalah Cessita Hellive. Kakakku adalah Fellone Hellive. Aku duduk di kelas 2 SMP, sedangkan kakakku duduk di kelas 1 SMA. Kami sudah berkecukupan bahkan lebih. Papa adalah seorang direktur perusaahan dan Mama adalah seorang ibu rumah tangga.
"Nah, sudah sampai. Dah adik," ucap kakak.
"Dah Kakak!" ucapku melambaikan tangan padanya. Aku bersekolah di sekolah yang cukup bagus di kotaku. Tiba-tiba, ada yang menepuk pundakku dari belakang dan menutup mataku. Aku tahu, pasti dia Ulnie, sahabatku. "Ah, Ulnie, itu kau kan?" tanyaku.
"Yah, ketahuan. Hehe, sudah biasa. Tadi kau diantar kakakmu?" Ulnie balik bertanya.
"Iya. Kakak yang mau kok. Lagipula Papa tidak beberatan," jawabku. Biasanya aku selalu diantar oleh Papa. Tapi, kali ini aku diantar oleh kakakku. Sebenarnya aku punya adik, tapi dia sudah meninggal ketika berusia 3 tahun karena suatu penyakit. Dan aku tidak ingin mengingat hal yang bisa membuatku menangis.
"Ah, kau ini bagaimana? Tadi kau hampir menabrak pohon!" ucap Ulnie yang membangunkanku dari lamunanku.
"Benarkah? Ya maaf."
Di kelas, anak-anak sudah sibuk sendiri. Ada yang saling bercanda tawa, piket kelas, kejar-kejaran, dll. Kelasku memang begini, pasti ramai. Aku duduk di sebelah Jenni, dan mulai bercerita. Bel berbunyi, dan kami memulai pelajaran.
Pulang sekolah, asik! Hal ini yang paling kutunggu. Pelajaran terakhir telah membuatku cukup mengantuk dan hampir tertidur. Dan kali ini, aku dan Ulnie pergi ke mall dekat sekolah. Di sana, kami berkeliling dan melihat-lihat. Tahu kenapa kami tidak membeli. Benar, kami tidak punya uang. Biasa, anak sekolah kan uangnya tidak banyak. Setelah puas berkeliling, kami mampir di sebuah restoran. Di sana, aku melihat kakakku sedang menunggu makanan datang dan bercanda ria dengan temannya. Aku segera menghampirinya. Tentu saja kakakku terkejut.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya kakak.
"Aku memang sedang disini." jawabku.
"Siapa dia?" tanya teman kakak.
"Ini adikku, Cessita. Adik, ini teman kakak, Occen," jawab kakak.
Kami berbincang-bincang dan bercanda tawa. Tiba-tiba kakak seperti keheranan. Langsung saja kutanya, "Kenapa kak? Ada apa?"
"Itu, sepertinya aku pernah melihatnya," jawab kakak sembari menunjuk gadis cantik yang berdiri di dekat kasir.
"Siapa dia?"

Wednesday, 1 February 2012

Simple Plan - Jetlag

What time is it? Where you are?
I miss you more than anything
Back at home you feel so far
Waitin' for the phone to ring

It's gettin’ lonely livin’ upside down
I don't even wanna be in this town
Tryin' to figure out the time zones 
Makin' me crazy

You say good morning
When it's midnight
Going out of my head
Alone in this bed
I wake up to your sunset
And it's driving me mad
I miss you so bad
And my heart, heart, heart is so jetlagged
Heart, heart, heart is so jetlagged
Heart, heart, heart is so jetlagged

What time is it where you are?
Five more days and I'll be home
I keep your picture in my car
I hate the thought of you alone

I've been keepin' busy all the time
Just to try to keep you off my mind
Tryin' to figure out the time zones 
Makin’ me crazy

You say good morning
When it's midnight
Going out of my head
Alone in this bed
I wake up to your sunset
And it's drivin' me mad
I miss you so bad
And my heart, heart, heart is so jetlagged
Heart, heart, heart is so jetlagged
Heart, heart, heart is so jetlagged
Is so jet lagged

I miss you so bad [x5]
I wanna share your horizon
I miss you so bad
And see the same sunrising
I miss you so bad
Turn the hour hand back to when you were holding me.

You say good morning
When it's midnight
Going out of my head
Alone in this bed
I wake up to your sunset
And it's drivin' me mad
I miss when you say good morning
But it's midnight
Going out of my head
Alone in this bed
I wake up to your sunset
And it's drivin' me mad
I miss you so bad
And my heart, heart, heart is so jetlagged
Heart, heart, heart is so jetlagged
Heart, heart, heart is so jetlagged
Is so jetlagged
Is so jetlagged