Keesokan harinya, entah mengapa aku merasa sangat senang. Cuacanya bersahabat, tidak panas, hujan, atau angin. Hanya mendung yang terlihat di angkasa. Angin bertiup sepoi-sepoi melewati celah-celah rambut yang tak kuikat ini. Hari ini aku libur. Kakak juga begitu. Jadi, hari ini keluargaku berencana pergi ke pantai menikmati indahnya lautan luas dan hembusan angin yang sejuk. Papa juga tidak ada meeting atau klien yang datang ke kantornya hari ini.
Sekitar pukul 9 pagi, kami sudah tiba di sana. Begitu keluar dari mobil, hembusan angin sepoi-sepoi sangat terasa. Papa dan Mama duduk agak jauh dari lautan, sedangkan aku dan kakak belari-lari menikmati pantai. Rasanya kurang lengkap bila tidak mengabadikan saat-saat ini. Aku berlari ke arah Papa, mengambil kamera milik kakakku. Kakakku memotretku, dan hasilnya sangat bagus. Kakakku ini memang jago dalam hal fotografi. Tapi, dia tidak tertarik untuk menjadi fotografer. Seteah puas berfoto, kami bermain dengan ombak dan pasir pantai. Namun, saat bermain dengan ombak, aku kehilangan sesuatu, "hei kak, sepertinya aku kehilangan sesuatu," ucapku.
"Benarkah? Apa itu?" tanya kakak.
"Entah, sepertinya ada yang tidak lengkap," jawabku.
"Apa? Kalung, gelang, cincin, bando?"
"Ah ya! Gelangku..."
"Kau kan bisa membelinya lagi. Repot deh! Kan cuma gelang."
"Itu gelang pemberian sahabat di sekolahku yang sudah pindah."
"Kalau sudah hilang mau bagaimana lagi. Terima sajalah!"
Ternyata aku tidak bisa menepati janjiku. Aku sudah berjanji padanya bahwa aku tidak akan menghilangkannya dan selalu mengingatnya. Ah sudahlah. Mungkin dia akan menerimanya. Aku merasa capai, aku dan kakakku pergi ke tempat Papa dan Mama duduk. Aku dan kakak pergi untuk mandi, lalu membeli makan, dan pulang.
Sampai dirumah, aku merebahkan diri di kasur, sembari menyalakan musik dari HP-ku. Hari ini aku memang capai, namun senang. Tidak ingin menyia-nyiakan waktuku, aku pergi ke kamar kakakku. Kakakku terlihat besiap-siap akan pergi. "Kakak mau kemana?" tanyaku.
"Aku mau ke rumah temanku, mengerjakan tugas." jawab kakak.
"Memang kau tidak capai?"
"Sedikit. Tapi namanya tugas kan harus dikerjakan. Memang kau tidak capai?"
"Capai, aku ingin meminjam kamera kakak. Akan kukabel data foto kita tadi."
"Sebentar saja ya! Aku akan memakainya."
"Tenang. Tunggu sebentar."
Aku pergi ke kamar dan menyalakan laptopku. Segera kupindahkan data dari kamera ke laptopku. Beberapa menit kemudian, aku kembali ke kamar kakak. "Nih, sudah," ucapku sembari menyerahkan kamera.
"Ah ya. Yang bagus ya hasilnya."
"Tenang, aku ahlinya. Hati-hati ya kak!" ucapku. Kakak mengacungkan jempolnya.
Aku pergi ke kamarku. Tujuanku adalah mengedit foto. Aku bisa memakai semua software yang digunakan untuk memakai foto. Kurang lebih satu jam, aku selesai mengedit semua foto. Karena bosan, aku membuka akunku di jejaring sosial. Disana, aku menulis, "Hembusan angin sepoi dan segarnya lautan biru.". Aku juga meng-upload foto yang sudah kuedit. Seperti biasa, banyak teman yang menanggapi, juga mempuji foto editanku. Tiba-tiba, ada permintaan teman masuk. Kulihat namanya, Nelissa Rennew. Fotonya juga tidak asing bagiku. Segera saja kukirimi pesan, "Siapa ya?". Dia pun menjawab, "Ini aku, Kak Nelissa.". Aku terkejut, darimana dia tahu akun jejaring sosialku. Segera kubalas, "Kakak tahu darimana?". "Dari kakakmu. Aku yang bertanya padanya. Emm, kalau boleh, kapan-kapan kita bertemu yuk!". Aku senang bukan main, entah apa sebabnya. Seperti anak kecil yang baru saja dibelikan boneka oleh orangtuanya. Kubalas, "Baik, besok aku libur lagi. Bagaimana?". "Oke, aku juga libur. Bagaimana jika di kafe dekat taman kota? Jam 10 pagi.". "Siap. Sampai besok."
Rasanya aku berdebar-debar akan bertemu dengan Kak Nelissa. Aku sudah banyak memiliki teman di dunia maya, dan mereka juga pernah mengajakku bertemu. Tapi, aku tidak pernah merasa berdebar-debar seperti ini. Aku merasa mengantuk, aku menutup laptopku dan meng-chargenya karena baterainya sudah habis. Kurebahkan tubuhku di kasurku. Tidak sampai 10 menit, aku sudah pergi ke alam mimpiku.
No comments:
Post a Comment