Thursday, 2 February 2012

Cessita and Fellone #1

"Cepatlah! aku sudah hampir terlambat nih!" ucapku sembari menarik tangan kakak.
"Sabarlah sebentar. Aku sedang pakai sepatu ini!" ujar kakak.
"Hati-hati ya!" nasihat Mama. "Baik-baik di sekolah!" lanjut Papa.
Ya, beginilah keseharianku. Aku adalah Cessita Hellive. Kakakku adalah Fellone Hellive. Aku duduk di kelas 2 SMP, sedangkan kakakku duduk di kelas 1 SMA. Kami sudah berkecukupan bahkan lebih. Papa adalah seorang direktur perusaahan dan Mama adalah seorang ibu rumah tangga.
"Nah, sudah sampai. Dah adik," ucap kakak.
"Dah Kakak!" ucapku melambaikan tangan padanya. Aku bersekolah di sekolah yang cukup bagus di kotaku. Tiba-tiba, ada yang menepuk pundakku dari belakang dan menutup mataku. Aku tahu, pasti dia Ulnie, sahabatku. "Ah, Ulnie, itu kau kan?" tanyaku.
"Yah, ketahuan. Hehe, sudah biasa. Tadi kau diantar kakakmu?" Ulnie balik bertanya.
"Iya. Kakak yang mau kok. Lagipula Papa tidak beberatan," jawabku. Biasanya aku selalu diantar oleh Papa. Tapi, kali ini aku diantar oleh kakakku. Sebenarnya aku punya adik, tapi dia sudah meninggal ketika berusia 3 tahun karena suatu penyakit. Dan aku tidak ingin mengingat hal yang bisa membuatku menangis.
"Ah, kau ini bagaimana? Tadi kau hampir menabrak pohon!" ucap Ulnie yang membangunkanku dari lamunanku.
"Benarkah? Ya maaf."
Di kelas, anak-anak sudah sibuk sendiri. Ada yang saling bercanda tawa, piket kelas, kejar-kejaran, dll. Kelasku memang begini, pasti ramai. Aku duduk di sebelah Jenni, dan mulai bercerita. Bel berbunyi, dan kami memulai pelajaran.
Pulang sekolah, asik! Hal ini yang paling kutunggu. Pelajaran terakhir telah membuatku cukup mengantuk dan hampir tertidur. Dan kali ini, aku dan Ulnie pergi ke mall dekat sekolah. Di sana, kami berkeliling dan melihat-lihat. Tahu kenapa kami tidak membeli. Benar, kami tidak punya uang. Biasa, anak sekolah kan uangnya tidak banyak. Setelah puas berkeliling, kami mampir di sebuah restoran. Di sana, aku melihat kakakku sedang menunggu makanan datang dan bercanda ria dengan temannya. Aku segera menghampirinya. Tentu saja kakakku terkejut.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya kakak.
"Aku memang sedang disini." jawabku.
"Siapa dia?" tanya teman kakak.
"Ini adikku, Cessita. Adik, ini teman kakak, Occen," jawab kakak.
Kami berbincang-bincang dan bercanda tawa. Tiba-tiba kakak seperti keheranan. Langsung saja kutanya, "Kenapa kak? Ada apa?"
"Itu, sepertinya aku pernah melihatnya," jawab kakak sembari menunjuk gadis cantik yang berdiri di dekat kasir.
"Siapa dia?"

No comments:

Post a Comment