Siang itu, matahari bersinar sangat terik. Untung saja rumahku ber-AC. Hari ini kakak pulang agak malam karena ada tugas yang harus dikerjakan. Dinne, teman sekelasku mengajakku pergi ke mall. Aku segera mengganti bajuku dan pamit. Di depan mall itu, Dinne sudah menungguku. Warna rambutnya yang hitam itu memang berbeda. Orangtuanya berasal dari ras yang berbeda.
Kami berkeliling mencari alat-alat sekolah. Setelah membelinya, aku mengantar Dinne untuk membeli beberapa baju. Baju itu bukan untuk DInne, tapi untuk adiknya. Kami kesulitan memilih baju itu, karena baju yang kami temui ukurannya tidak sesuai dengan ukuran baju adik Dinne. Segera DInne mengirim SMS kepada ibunya. Ibunya pun tidak keberatan karena baju itu tidak ada. Beliau berterima kasih karena sudah dicarikan baju. Karena capai, akhirnya kami pergi ke sebuah kafe.
Kami memesan makanan dan minuman. Sembari menunggu, kami saling bercerita. Tiba-tiba, HP-ku bergetar. Ada SMS masuk dari Kak Rynoil. Isinya, "Hei Dik, kok kakakmu murung?". Aku keheranan dengan SMS ini, jangan-jangan kakak masih murung. SMS itu kubalas, "Memang kenapa?". Beberapa menit kemudian, "Fellone kelihatan tidak seperti biasa. Kini dia tidak terlalu aktif.". "Soal gadis di restoran. Mungkin dia masih memikirkan dia.". "Oh, tadi kulirik dia. Dia sedang melihat foto masa kecilnya.". "Kalau itu aku tak tahu. Kau kan bisa menghibur Kak Fellone.". SMS yang terakhir Kak Rynoil kirim membuatku semakin bingung. Saat aku bercerita kepada Mama, wajahnya terlihat heran, bahkan seperti agak panik. Kakak juga memikirkan gadis itu.
Dinne yang heran melihatku melamun mengagetkanku. Dia menyuruhku memakan makanan di meja. Aku tidak sadar kalau makanan sudah datang. Langsung saja kumakan makanan itu sebelum dingin. Sekitar jam 5 sore, aku pulang ke rumah. Papa sudah hampir pulang, Mama sedang menonton TV di kamarnya.
Sekitar jam 6 sore, Papa pulang ke rumah. Papa membawa sebuah kotak berisi kue brownies. Langsung saja kumakan kue itu, karena aku sedang ingin menyemil. Sekitar jam 7 malam, kakak pulang. Dia terlihat tergesa-gesa masuk ke kamarku. Aku yang sedang mengerjakan tugas dengan laptopku sangat terkejut. Hampir saja laptopku jatuh. Kakak mengutak-atik HP-nya dan memperlihatkan sebuah nomor telepon. "Siapa itu?" tanyaku kebingungan.
"Ini gadis yang pernah kita lihat di restoran itu. Ternyata dia tetangga temanku," jawab kakak.
"Oh, begitu. Kakak tahu darimana?" tanyaku.
"Tadi aku pinjam HP-nya. Ada foto gadis itu. Kutanyai tentang foto itu, namanya Nelissa," jelas kakak.
"Wah, namanya bagus. Sini, pinjam HP kakak!" ucapku. Aku menyalin nomor HP itu ke HP-ku. Aku tak ingin menyia-nyiakan kakak ada dikamarku. Aku menyuruhnya mengajari tentang tugasku. Setelah selesai, kakak pergi mandi dan aku pergi ke ruang makan.
Setelah makan malam, aku mencoba mengirim SMS kepada Kak Nelissa. Kutulis, "Hai kak. Kakak tetangganya kak Genvi? Kak Genvi adalah teman kakakku. Aku Cessita, adik teman kak Genvi.". Beberapa menit kemudian, Kak Nelissa membalas, "Oh ya, salam kenal ya. Aku Nelissa. Umurmu berapa? Kelas berapa?". "Salam kenal juga. Umurku 13 tahun. Aku kelas 2 SMP. Kalau kakak?". "Umurku 16 tahun. Aku kelas 1 SMA.". Kami berkenalan lewat SMS dan saling bercerita. Karena merasa mengantuk, akhirnya aku tidur.
Keesokan harinya, aku dan kakak sudah kelihatan seperti biasa. Aku juga dikirimi SMS dari Kak Rynoil bahwa Kak Fellone sudah aktif seperti biasa. Aku juga begitu. Aku yang kemarin terlihat lesu, kini menjadi ceria. Hanya mendapat nomor Kak Nelissa dan meng-SMSnya bisa membuat aku dan kakak menjadi kembali ceria dan aktif. Entah apa, kami seperti sudah kenal lama dan sangat akrab. Padahal, kami belum pernah bertemu langsung.
kal, novel nya bagus... dari part 1-3....
ReplyDeleteaku tunggu lanjutannya ya....
lho? sebenernya ini cuman asal bikin cerpen, bukan novel kok
ReplyDeletetapi kalo mau dibikin novel juga gak papa :D
lha isinya tu kayak novel we,... bagus lagi...
Deletemakasih arun :D
ReplyDelete